Intro to Web3

September 14, 2023

Secara tidak sadar, sentralisasi telah berperan penting memperkenalkan miliaran orang ke World Wide Web dan berhasil menciptakan infrastruktur yang stabil dan beroperasi secara matang setelah bertahun-tahun terbentuk. Namun, pada saat yang sama, sejumlah entitas terpusat memiliki kendali kuat atas sebagian besar World Wide Web dan dengan sepihak menentukan apa yang boleh dan tidak boleh diperlihatkan.

Web3 adalah jawaban atas dilema ini. Alih-alih Web yang dikuasai oleh perusahaan teknologi besar, Web3 merangkul desentralisasi dan kini sedang dibangun, dioperasikan, dan dimiliki oleh penggunanya. Web3 memberikan kekuatan kepada individu daripada perusahaan. Sebelum kita membicarakan Web3, mari kita jelajahi bagaimana kita sampai di sini.

Awal Mula Web

Sebagian besar orang mengira Web adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan modern, seperti halnya komponen permanen yang selalu ada. Namun, Web yang kita kenal sekarang berbeda dari yang awalnya dipublikasikan. Untuk memahaminya lebih baik, kita bisa membagi sejarah singkat Web menjadi dua periode: Web 1.0 dan Web 2.0.

Web 1.0: Read only (1990-2004)

Pada tahun 1989, di CERN, Geneva, Tim Berners-Lee sibuk mengembangkan protokol yang akan menjadi World Wide Web. Ide utamanya adalah menciptakan protokol terbuka dan terdesentralisasi yang memungkinkan berbagi informasi dari mana saja di dunia.

‘Web 1.0’ muncul sekitar tahun 1990 hingga 2004. Web 1.0 terdiri dari situs web statis yang dimiliki oleh perusahaan dan hampir tidak ada interaksi antar pengguna. Oleh karena itu, disebut sebagai web yang hanya bisa dibaca.

Web 2.0: Read-Write (2004-hingga sekarang)

Periode Web 2.0 dimulai pada tahun 2004 dengan munculnya platform media sosial. Dari yang awalnya pengguna hanya bisa membaca, web berkembang menjadi tempat berbagi konten yang dibuat pengguna dan dapat berinteraksi antar pengguna. Seiring dengan bertambahnya pengguna internet, beberapa perusahaan besar mampu mengendalikan dan menentukan nilai sebagian besar web traffic. Web 2.0 juga memunculkan model pendapatan berbasis iklan. Meskipun pengguna bisa membuat konten, mereka tidak sepenuhnya memiliki kontrol terhadap kepemilikan maupun nilai monetisasi konten tersebut.

Web 3.0: Read-Write-Own

Konsep Web 3.0 diperkenalkan oleh salah satu pendiri Ethereum, Gavin Wood, sesaat setelah Ethereum diluncurkan pada tahun 2014. Gavin menjelaskan solusi bagi masalah yang dirasakan oleh banyak pengguna awal kripto: Sebagian besar web yang kita kenal saat ini mengharuskan pengguna untuk bergantung pada penyedia layanan/perusahaan swasta untuk bertindak demi kepentingan publik.

Apa Itu Web3?

Web3 telah menjadi istilah umum untuk menggambarkan visi internet yang baru dan lebih baik. Pada intinya, Web3 menggunakan teknologi blockchain, mata uang kripto, dan NFT (Non-Fungible Tokens) untuk memberikan kekuasaan kembali kepada pengguna dalam bentuk kepemilikan. Sebagaimana sebuah tweet yang ditulis tahun 2020:

"Web1 hanya bisa dibaca, Web2 bisa dibaca-ditulis, Web3 akan membaca-menulis-miliki."

Prinsip Inti Web3

Ada beberapa prinsip inti yang memacu pembentukan awal web3:

Mengapa Web3 Penting?

Kepemilikan (Ownership)

Web3 memberikan kepemilikan atas aset digitalmu dengan cara yang baru. Misalnya, jika kamu bermain game web2 dan membeli item dalam permainan, item tersebut akan terasosiasi dengan akunmu dalam game tersebut. Jika perusahaan game menghapus akunmu, maka kamu sebagai pengguna akan kehilangan item tersebut. Atau jika kamu berhenti bermain, maka kamu akan kehilangan nilai yang telah kamu investasikan dalam item permainan tersebut.

Web3 memungkinkan kepemilikan langsung melalui token Non-Fungible Token (NFT). Tidak ada satu pihak pun, bahkan pembuat game, yang memiliki kekuatan untuk mengambil kepemilikan asetmu. Dan jika kamu berhenti bermain, kamu bisa menjual atau menukarkan item permainanmu di marketplace dan mendapatkan kembali nilai dari item tersebut.

Resistensi Terhadap Sensor (Censorship Resistance)

Ketidakseimbangan besar terjadi antara platform dan pencipta konten di Web 2.0. OnlyFans, sebagai contoh, adalah situs konten dewasa yang dihasilkan oleh pengguna dengan lebih dari satu juta konten kreator, banyak di antaranya mengandalkan platform ini sebagai sumber pendapatan utama. Pada Agustus 2021, OnlyFans mengumumkan rencana untuk melarang konten yang eksplisit secara seksual. Keputusan ini memicu kemarahan konten kreator di platform tersebut, yang merasa dirampas pendapatan di platform yang mereka bantu kembangkan namanya. Meskipun kreator memenangkan pertarungan ini dan kebijakan tersebut dibatalkan, ini menggarisbawahi masalah bagi kreator Web 2.0: kreator kehilangan reputasi dan pengikut yang telah dikumpulkan jika kreator meninggalkan platform tersebut.

Di Web3, datamu ada di blockchain. Ketika kamu memutuskan untuk meninggalkan platform, kamu dapat membawa reputasimu denganmu juga, menghubungkannya ke platform web3 lain yang lebih sesuai dengan keinginanmu.

Web 2.0 mengharuskan para konten kreator untuk percaya pada platform digital agar tidak mengubah aturan mereka, sedangkan resistensi terhadap sensor adalah fitur bawaan dalam web3.

Organisasi Otonom Terdesentralisasi (DAO)

Selain memiliki data di web3, kamu juga bisa menciptakan dan memiliki platform secara bersama-sama dengan orang lain, menggunakan token yang berfungsi seperti saham dalam sebuah perusahaan. DAO memungkinkan kamu untuk mengkoordinasikan kepemilikan kolektif dari sebuah platform dan membuat keputusan bersama.

Secara teknis, DAO didefinisikan sebagai kontrak pintar yang disetujui bersama dan mengotomatisasi pengambilan keputusan kolektif terkait dengan sejumlah sumber daya menggunakan token. Pengguna yang memiliki token dapat memberikan suara tentang cara sumber daya tersebut digunakan, dan kode dalam kontrak pintar akan secara otomatis melaksanakan hasil pemungutan suara tersebut.

Identitas

Umumnya, kamu harus membuat akun untuk setiap platform yang kamu gunakan. Misalnya, kamu mungkin memiliki akun Twitter, akun YouTube, dan akun Reddit. Bagaimana kamu mengganti nama tampilan atau gambar profilmu? Kamu harus melakukannya satu per satu di setiap akun. Terdapat pula pilihan menggunakan sosial sign-in dalam beberapa website, tetapi ini menghadirkan masalah baru: resiko keamanan dan privasi. Ketika seorang pengguna melakukan sosial sign-in ke sebuah situs web, profil data dan preferensi pribadinya dibagikan antara jaringan sosial dan situs web pihak ketiga yang membuat pengguna kehilangan kendali atas datanya. Dengan demikian, jika salah satu pihak tersebut diretas, data pribadi di semua situs web yang memiliki akses sama juga menjadi rentan.

Web3 memecahkan masalah ini dengan memungkinkanmu mengontrol identitas digital. Misalnya dengan alamat Ethereum dan profil ENS, memberikan login tunggal di seluruh platform web3 tetap menjadi pilihan yang aman, tahan sensor, dan anonim.

Pembayaran Asli (Native Payment)

Infrastruktur pembayaran Web2 bergantung pada bank dan perusahaan pemrosesan pembayaran, mengesampingkan orang yang tidak memiliki rekening bank atau membutuhkan proses yang lama untuk pembayaran internasional. Web3 menggunakan kripto token untuk mengirim uang langsung di browser tanpa tanpa memerlukan pihak ketiga (peer-to-peer) dan tanpa memandang lokasi.

Keterbatasan Web3

Meskipun banyak manfaat Web3 dalam pengembangannya saat ini, masih ada banyak keterbatasan yang harus diatasi ekosistem ini agar bisa berkembang.

Aksesibilitas

Fitur-fitur penting web3, seperti Sign-in with Ethereum, sudah tersedia untuk digunakan tanpa biaya. Namun, biaya relatif tinggi untuk setiap transaksi masih menjadi hambatan bagi banyak orang. Web3 kemungkinan kurang digunakan di negara berkembang yang kurang berkecukupan karena biaya transaksi yang tinggi. Di Ethereum, tantangan ini sedang diatasi melalui roadmap dan solusi skalabilitas layer 2. Teknologi ini sudah siap, tetapi kita memerlukan tingkat adopsi yang lebih tinggi di layer 2 agar web3 dapat diakses oleh semua orang.

User Experience (UX)

Hambatan teknis untuk menggunakan web3 saat ini masih tinggi. Pengguna harus memahami masalah keamanan, memahami dokumentasi teknis yang kompleks, dan interaksi interface pengguna yang masih kurang intuitif. Penyedia dompet, khususnya, bekerja untuk memecahkan masalah ini, tetapi lebih banyak perbaikan diperlukan sebelum web3 dapat diadopsi secara massal.

Edukasi

Web3 memperkenalkan paradigma baru yang memerlukan model mental pembelajaran yang berbeda dari yang digunakan dalam Web2.0. Proses edukasi serupa terjadi saat Web1.0 populer pada akhir 1990-an; pendukung World Wide Web menggunakan berbagai teknik edukasi ke masyarakat termasuk dengan memperkenalkan istilah sederhana hingga menyiarkan di siaran televisi. Web3 tidak sulit, tetapi berbeda. Edukasi yang menginformasikan pengguna web2 tentang paradigma web3 ini sangat vital untuk mencapai kesuksesan web3 kedepannya.

Ketergantungan Infrastruktur Web2

Ekosistem web3 masih muda namun berkembang dengan cepat. Akibatnya infrastruktur web3 belum mampu mewadahi dan saat ini pengembang dan pengguna masih bergantung pada infrastruktur web2 (GitHub, Twitter, Discord, dll.). Banyak perusahaan web3 berusaha untuk mengisi celah ini, tetapi membangun infrastruktur berkualitas tinggi dan andal memerlukan waktu.

Masa Depan Terdesentralisasi

Web3 adalah ekosistem muda dan masih terus berkembang. Gavin Wood menciptakan istilah ini pada tahun 2014, tetapi banyak ide-ide yang tercetus kini baru menjadi kenyataan. Dalam satu tahun terakhir saja, minat terhadap kriptocurrency meningkat secara signifikan, adanya peningkatan dalam solusi skalabilitas layer 2, eksperimen besar dengan bentuk-bentuk tatanan governance baru, dan revolusi dalam identitas digital.

Kita baru di awal perjalanan untuk membuat web yang lebih baik dengan Web3, masa depan Web3 terlihat cerah selama kita terus memperbaiki dan mengembangkan infrastruktur yang mendasarinya.

Disadur ke bahasa Indonesia dari: https://ethereum.org/en/web3/ oleh @swadena


---

Other ways to get involved

Join the Gnosis Builders Indonesia community: https://t.me/GnosisBuildersIndonesia

Join the global Gnosis Builders community: t.me/GnosisBuildersCommunity

Reach out for support & resources: gnosis.builders/contact-us

Use Gnosis Chain apps: gnosis.builders/users

Find the right wallet for you: gnosiswallets.com

Get free xDai: gnosisfaucet.com

Build on Gnosis Chain: gnosis.builders/developers

Become a validator: validategnosis.com

Monitor validators: gnosispools.info

Gnosis Chain Stats: gnosismetrics.com

Follow us on social media to be updated on our upcoming projects and progress: Gnosis Builders Twitter, Gnosis Builders Indonesia Twitter

Web3 Evangelist communities

Socials

Blog